(Oleh
Tgk. Taufik Yacob, S.Pd.I)
Pelajaran paling utama dalam Islam
adalah pelajaran aqidah iman. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah awal
penyiaran Islam. Da’wah Rasulullah. Saw selama
dua puluh tiga tahun terbagi dalam dua fase yaitu priode Mekkah dan priode
Madinah. Selama tiga belas tahun Rasulullah mengajak penduduk Mekkah untuk
menganut agama Islam, pelajaran yang selalu biberikan kepada penduduk Mekkah di
awal penyiaran Islam adalah pelajaran aqidah iman. Ayat-ayat al-Quran priode Mekkah
(ayat-ayat Makkiyah) juga lebih banyak mengupas masalah aqidah dan ajakan untuk
beriman kepada Allah yang maha esa.
Ketika
pertama kali Rasulullah. Saw mengumpulkan penduduk Mekkah untuk melaksanakan
misi kerasulannya, aqidah imanlah yang beliau tawarkan kepada kaumnya. “Sesudah
itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang
dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan
berseru: "Hai masyarakat Quraisy." Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas:
"Muhammad bicara dari atas Shafa." Mereka lalu datang berduyun-duyun
sambil bertanya-tanya, "Ada apa?" "Bagaimana pendapatmu sekalian
kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda.
Percayakah kamu?" "Ya,"
jawab mereka. "Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat
engkau berdusta." "Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi
siksa yang sungguh berat," katanya, "Banu Abd'l-Muttalib, Banu Abd
Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan
aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk
kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang
dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain
Allah." (Muhammad Husain Haekal: Sejarah Hidup Muhammad).
Belajar dari metode dakwah Rasulullah.,
terlihatlah dengan jelas korelasi antara pendidikan Islami dengan keteguhan
aqidah, sekaligus terkuaklah tabir bahwa pageu (pertahanan) iman
masyarakat kita sangat gampang diobok-obok oleh berbagai aliran sesat
disebabkan system pendidikan kita yang jauh dari ruh agama. Selama ini
pelajaran yang selalu diprioritaskan di sekolah-sekolah adalah ilmu umum yang
sama sekali tidak dibumbui dengan nilai-nilai keimanan. Pelajaran agama diaggap
sebagai pelajaran skunder yang tidak terlalu penting.
Akibat dari termarginalnya
pendidikan agama di sekolah, lahirlah generasi yang pintar tapi tidak bermoral,
cerdas tapi tidak amanah. Produk pendidikan kita hari ini adalah manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan namun jiwa mereka gersang dari nilai-nilai
spiritual, otak mereka brilian namun qalbu mereka kosong dari nilai-nilai
keimanan. Sekarang generasi produk pendidikan yang salah asuh ini telah
menebarkan racun berbisa yang merusak tatanan Negara dan merugikan masyarakat
dengan budaya korupsi yang kian akut.
Dan yang paling berbahaya sekarang mereka menjadi lahan subur bagi penyebaran
aliran sesat bahkan sebagian dari mereka menjadi agen dalam mempelopori riddah
di serambi Mekkah, karena mereka tidak memiliki filter untuk menyaring
faham-faham yang melenceng dari aqidah ahlu sunnah wal jama’ah.
Untuk menyelamatkan
aqidah umat dari ancaman aliran sesat yang sekarang sedang mewabah perlu Pageu
yang kokoh membaja dalam jiwa mereka dengan menanamkan nilai agama dalam qalbu
generasi muda dari sejak dini dan kontinyu. Nilai-nilai keimanan yang disemai
sejak usia dini dan dilakukan terus menerus akan membentuk jiwa yang luhur dan
iman yang kokoh hingga mereka menjadi pribadi yang memiliki iman yang sempurna
dan menjadi muslim sejati yang tidak mudah terombang ambing oleh gerakan
pemurtadan.
Ada
dua jalan yang bisa ditempuh untuk merealisasikan pendidikan agama dari usia
dini dan kontinyu kepada generasi kita. Pertama dengan menambah jam pelajaran agama
di sekolah-sekolah seperti yang disampaikan oleh Wagub di depan 37 pimpinan
Instansi pada rapat khusus lanjutan selasa (5/4) (Serambi Indonesia: 6/4/2011).
Tapi kalau hanya menambah satu jam pelajaran agama per minggu takkan memberikan
perubahan segnifikan dari keadaan yang terjadi sekarang ini.
Sekolah-sekolah
mesti berbasis agama, sehingga aqidah dan moral menjadi target utama dari
pendidikan di sekolah. Semua pelajaran yang diajarkan di sekolah mesti
berlatarkan agama, agar ruh agama tidak terlepas dari jiwa siswa ketika
mengikuti pelajaran apa saja. Biologi, fisika, matematika dan pelajaran lainnya
mesti menjadi bukti akan kebenaran agama dan menjadi dalil ilmiayah untuk
menguatkan aqidah.
Kedua, mengwajibkan
semua siswa untuk belajar di dayah-dayah tradisional sesuai dengan tingkatannya
masing-maisng. Ini bisa dilakukan dengan menambah syarat masuk sekolah dengan
ijazah dayah sesuai dengan tingkatan sekolah. Untuk masuk SLTP setiap siswa
mesti memiliki sertifikat mampu membaca al-Qur’an, hafal dasar aqidah yaitu
I’tikad lima puluh dan pokok-pokok agama lainnya. Untuk masuk SLTA setiap siswa
mesti memiliki ijazah Tsanawiyah dayah. Untuk masuk perguruan tinggi diwajibkan
memiliki ijazah Aliyah dayah. Dan setiap mahasiswa/i mesti mondok di dayah. Andai
semua mahasisa/i mondok di dayah sungguh banyak manfaat ganda yang bisa kita
dapatkan. Salah satunya adalah menjadi Pageu bagi mereka dari kerusakan
moral akibat pengaruh pergaulan bebas.
Semoga pemerintah kita
dan mereka yang memiliki otoritas membuat kebijakan dalam pendidikan terketuk
hantinya untuk membumikan pendidika Islami di tanah rencong, sehingga pageu
iman masyarakat kita semakin kokoh dan tidak mampu ditembusi oleh berbagai
aliran sesat.
(Penulis adalah Ketua Umum Dayah Babussalam Matangkuli,
Pengurus IPSA)
0 komentar:
Posting Komentar